Posted by : Unknown

Salam saudara... 
As.wr.wb
_____________________________________________________________________________________
Ilmu Tasawuf 

Tasawuf merupakan ilmu halus yang sangat tinggi dan tidak bisa dengan mudah dipelajari. Tasawuf bukan ilmu hapalan yang dipelajari dengan otak akan tetapi merupakan ilmu praktek dan merupakan teknologi Al-Qur’an yang Maha Dahsyat. 

Hasil pengamalan tasawuf akan melahirkan manusia-manusia berkualitas tinggi, tidak pernah lepas sedetikpun hubungan dengan Allah sebagai sumber kebaikan. Salah satu tujuan Allah mengutus para nabi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Para nabi bukan sekedar menyampaikan firman Allah, akan tetapi juga berfungsi sebagai pembawa wasilah (wasilah carrier) sebagai media penyambung antara manusia dengan Tuhan. 


Nabi adalah teknolog Al Qur’an yang mengerti bagaimana menyalurkan power maha dahsyat menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk manusia. Kemampuan nabi Musa membelah laut, kehebatan Nabi Isa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan segala jenis penyakit dan kehebatan Nabi Muhammad SAW membelah bulan bukan terjadi dengan serta merta. Mereka diajarkan oleh Allah teknologi Maha Dahsyat, teknologi metafisika dan siapapun menggunakan teknologi yang sama maka hasilnya pasti akan sama.


Kalau kita perhatikan bagaimana hebatnya teknologi fisika. Air yang tenang bisa diubah menjadi listrik lewat teknologi turbin. Air dipanaskan menjadi uap mampu menggerakkan gerbong kereta api yang beratnya ratusan ton. Air juga bisa mendongkrak mobil yang dengan memakai ujung jari tentu saja lewat teknologi hidrolika. Air juga apabila di pisahkan inti atomnya akan terjadi ledakan sangat hebat, menjadi  sebuah bom yang daya rusaknya luar biasa. Air sifat dasarnya memadamkan api bisa berubah menjadi bahan bakar yang hebat. Masih banyak teknologi lain yang hebat hasil penemuan manusia.


Berbicara tentang teknologi al-Qur’an, alam metafisika tentu hasilnya berpuluh, beratus bahkan berjuta kali lebih hebat dari teknologi fisika. Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu membelah laut seperti yang dilakukan oleh nabi Musa atau menghidupkan orang mati. Teknologi fisika akan selalu tertinggal jauh oleh teknologi metafisika.


Menyadari potensi yang sangat hebat terkandung dalam al-Qur’an maka para kaum orientalis berusaha memisahkan ummat Islam dengan teknologi Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya untuk di baca dan dilombakan, dialun-alunkan dengan suara merdu. Ilmu untuk mengeluarkan power Al-qur’an itu tidak lain adalah Tarekatullah dibawah bimbingan Mursyid Kamil Mukamil, yang ahli di bidangnya, ahli tentang teknologi Al Qur’an.


Kalau Mursyidnya tidak ahli dan tidak mendapat izin dari guru-guru sebelumnya, tidak mempunyai silsilah bersambung kepada Rasulullah SAW maka Tarekat hanyalah sebuah praktek zikir kosong tanpa power. Sudah sekian lama tarekat dikucilkan, tasawuf didebatkan terus menerus bahkan dengan tanpa rasa bersalah memasukkan tasawuf sebagai ajaran di luar Islam, sungguh sangat menyedihkan.


Sangat berbahaya mendalami tarekat kalau Gurunya tidak mendapat izin dari Allah. Ibarat pilot pesawat tanpa izin terbang dan tidak mempunyai sama sekali pengalaman terbang tentu sangat berbahaya, bukan rahmat kita dapat tapi malah celaka.


Orientalis dengan sekuat tenaga berusaha agar ummat Islam berpandangan buruk terhadap tasawuf dengan menciptakan tarekat-tarekat palsu. Tarekat palsu tersebut kemudian disebarkan keseluruh dunia dengan tujuan untuk menjelekkan tarekat. Ajaran-ajaran yang menyimpang dari nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist sehingga dengan mudah kalangan yang selama ini miring melihat tarekat mendapat angin segar.


Pilihlah Gurumu yang kamil mukamil khalis mukhlisin, yang dicerdikkan Tuhan, tidak setengah kasih akan dunia, kuat berpegang teguh kepada Tali Allah dan tentu saja mempunyai silsilah sebagai tanda sah ilmu yang diajarkannya.


Tasawuf bukan ilmu hapalan, bukan pula ilmu yang dipelajari lewat membaca. Tasawuf adalah ilmu rasa dan rasa itu datang dari Allah SWT atas ikhtiar sungguh2 dari sang murid. Sebagai contoh, kalau hanya sekedar dibaca, letak maqam yang 7 tempat bisa dibaca dalam satu malam bahkan seluruh kaji dalam suluk selesai dipelajari dalam 1 malam. Pertanyaannya apakah bisa “duduk” amalan tersebut dalam satu malam? Jawabannya tidak, membutuhkan waktu bertahun-tahun baru bisa amalan tersebut melekat dalam diri kita. 


Mungkin kita telah berulang kali suluk, kalau masih ada unsur sombong dalam diri, berarti belum sempurna maqam ke-5, begitu juga kalau masih suka memperturutkan hawa nafsu berarti suluk kita masih belum benar. Mungkin banyak tarekat yang menulis tentang amalan dari awal suluk sampai selesai. Tapi Guru saya sangat melarang karena amalan itu datang dulu baru dijelaskan. Sebagai kiasan, seorang anak lahir dulu kedunia baru diberi nama.


Beliau mengatakan biarlah amalan berupa karunia dari Allah datang dengan sendirinya. Lebih baik karunia itu datang tanpa mengetahui namanya dari pada menghapal nama tapi tidak pernah merasakan karunia.


Kita wajib berterima kasih kepada  Almarhum Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc Mursyid Tarekat Naqsyabandi atas jasa Beliau yang mampu menjelaskan ilmu tasawuf lewat ilmu eksakta (fisika klasik) sehingga tidak bisa dibantah sama sekali oleh siapapun. Ilmu tarekat selama ini dianggap kolot dan ketinggalan zaman ternyata merupakan ilmu yang sangat hebat tiada tanding menjadi senjata ampuh ummat Islam diseluruh dunia.  Beliau juga yang pertama kali mempopulerkan istilah Teknologi Al-Qur’an. Kalau Imam Al-Ghazali berjasa mendamaikan tasawuf dengan syariat dan menyatukan keduanya lewat ilmu sosial maka Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc berhasil mendamaikan lewat ilmu metafisika eksakta.


Akhirnya, kita semua berharap bisa berjumpa dengan Guru Mursyid Kamil Mukamil Khalis Mukhlisin yang bisa mengajarkan kita tentang Teknologi Al-qur’an sehingga bisa kita salurkan kepada keluarga, kampung, Negara bahkan seluruh jagad raya ini sebagai bukti bahwa Islam Mulia Raya adalah Agama yang membawa Rahmatan Lil Alamin.


Seiring dengan munculnya kritik-kritik tajam terhadap tasawuf yang menimbulkan ketegangan didalam dunia pemikiran islam, nampakya sudah tibul berbagai argumentasi tentang, apakah tasawuf benar-benar ilmu keislaman atau ia hanya sekedar pengislamisasian unsur-unsur non-islam? Kontroversi pendapat itu bermula sejak tampilnya ftasawuf falsafati dan semakin dipertajam kemudian dengan masuknya pendapatm orientalis, yang secara generalisasi mengatakan, bahwa tasawuf bersumber dari luar islam. 


Mereka yang menyatakan tasawuf diluar islam bersumber dari luar islam, apakah dari Persia, Hindu, Nashrani, filsafat Yunani dan atau dari sumber lainya, atau juga mendasarkan pendapatnya hanya kaarena adanya kesamaan tipologinya belaka. Pendapat yang demikian nampaknya tidak jujur dan tidak obyektif. Sebab tidak ada satu paradigma keilmuan yang memastikan, bahwa setiap yang sama atau yang mirip adalah karena terjadi saling pengaruh atau karena plagiat.untuk adanya dibenarkan adanya hubungan interaksi historis antara satu nilai dengan nilai lainya, haruslah dapat dibuktikan dengan adanya kontak yang riel antara keduanya.


Sedangkan keserupaan atau kemiripan bukanlah suatu bukti yang riel. Alangkah banyaknya suatu bentuk-bentuk keserupaan di alam semesta ini, padahal satu sama lainya tidak ada hubungan, baik dalam kesejarahan ataupun substansinya. Alasan lain yang mereka kemukakan dalah, bahwa tokoh-tokoh sufi kebanyakan dari Persia yang asalnya beragama Majusi atau bengsa lain yang tadinya beragama Kristen. Argumen ini pun sangat lemah dan goyah, mengingat bahwa cikal bakal tasawuf lahir dari jazirah Arab dan dari bangsa Arab itu sendiri. 


Memang satu hal yang jelas, bahwa tasawuf merupakan masalah yang sangat kompleks karena ia termasuk dalam jajaran mistisisme, sehingga hampir tidak bisa diberijawaban yang sangat memuaskan semua pihak. Akan tetapi sepanjang penelitian penulis, dapat dipastiakn bahwa sumber awal dan asas tasawuf adalah islam, sehingga ia digolongkan salah satu aspe kebudayaan islam yang khas.
 

SUMBER AJARAN TASAWUF (AL-QUR’AN, HADIST, SUMBER LAIN / PENGALAMAN)
 

Tasawuf merupakan keinginan kuat untuk mendapatkan ridho Allah dalam bentuk perkataan, perbuatan, niat, dan dalam pemikiran dunia dan akhirat. Tasawuf dalam pengertian ini menempatkan manusia pada kedududkan yang tinggi. Inilah bagian dari wahyu ilahi dan agama itu sendiri karena dengan karakteristik ajaran ini akan munculpencarian kesempurnaan dari dalam.


Ajaran ini merupakan penyembuhan dari penyakit jiwa. Tiada suatu manusiapun kecuali mereka yang terlindungi, pasti terjangkit penyakit jiwa dan moral ini, sedikit atau banyak. Seluruh risalah ilaahiyah datang untuk mengobati penyakit jiwa dan moral yang merupakan penyakit pertama pada keturunan Adam. Para orientalis dan para oran-orang yang menulis tentang tasawuf islam berusaha untuk mengembalikan sejarah kehidupan rohani para sufi dalam islam pada suatu sumber islam lain, diantaranya Al-Qur’adan kehidupan Rasulullah saw.


Sebagian dari mereka berusaha untuk bersifat moderat (tengah-tengah). Mereka berpendapat bahwa faktor pertama timbulnya ajaran tasawuf adalah Al-Qur’an dan kehidupan rasulullah saw./ dari keduanya, terambil benih-benih tasawuf yang pertama. Kemudian diikui kebudayaan asing, yaitu india, Yunani, dan Persia. Itulah yang mempengaruhi tasawuf dan menjadikanya berkembang. Hingga muncul berbagai pendapat yang menurut sangkaan mereka, tasawuf jauh sekali dari roh (jiwa) dan watak islam.


Pendapat yang mengatakana bahwa umat islam tidak mengenal tasawuf sebelum abad ke-3 Hijriyah merupakan pemutarbalikkan pengetahuan dan fakta sejarah tanpa alasan yang dibenarakan.Jika yang dimaksud adalah tidak dikenalnyua ilmu tasawuf sebelum asbad ke-3 Hijriyah, juga tidak dapat dibenarkan.


Para linguistik dan ahli sejarah bangsa Arab sepakat bahwa kata tasawuf telah dikenal jauh sebelum datangnya islam. Hanya saja penggunaan istilah tasawuf bagi ahli sufi muncul pada ” kodifikasi ilmu-ilmu islam. Ketika itu, mereka dikenal dengan semangat yang keras dan kejantananya, simbol pemakaiaan pakaian yang terbuat dari bulu domba yang kasar, dan semangat berjihat.
 

Pada masa ini praktik ilmu tasawwuf yang dipakai umat islam adalah ajakan memperkuat diri, kebebasan persamaan, solidaritas, persaudaraan, persatuan, dan ajakan-ajakan lain untuk membangun kepribadian muslim yang sempurna. Masa kodifikasi ilmu-ilmu islam ini ditandai dengan penulisan hadis Nabi saw. Masa ini berkembang hingga mencapai puncaknya dipenghujung abad pertama dan permulaan abad kedua, yang ditandai dengan penulisan hadis, tafsir, fiqih dan bahasa.Jika yang dimaksud pndapat tersebut tidak dikenalnya titik materi, hakekat, dasar-dasar, dan pokok bahasan ajaran tasawuf, pandangan ini juga tidak benar.


Materi ajaran tasawuf dilihat dari segi ibadah dan akhlaq, dalam pemngertian yang luas, sudah terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah sebagaiiman keberadan ilmu agama yang lain. Jika ilmu taswuf tidak ditemukan pada masa ini, ajaran tentang ibadah, akhlaq, pendidikan jiwa, hubungan dengan Allah, dan ketinggian nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam Islam. Ajaran-ajaran itulah yang disebut dengan tasawuf sebagaimaman yang dikenal oleh masyarakat pada waktu itu. Bisa jadi ilmu tasawuf itu menjadi ilmu yang baru, tetapi materi dan cakupan bahasanya merupakan sesuatu yang lama, seiring lamanya Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian juga dengan keberadaan ilmu islam lainya.Hal ini bukanlah sesuatu yang baru.


Pada awal abad islam, belum ada ilmu-ilmu yang dinamakan fiqih, ushul fiqih, dan mustalakhul hadis. Namun, materi ilmu itu sudah ada dalam Al-Qur’an dan Sunah. Ketika ilmu itu dikodifikasin dan dirumuskan kaidah-kaidah dan istilah-istilah keilmuanya, lahirlah berbagai nama dan istilah ilmu sesuai dengan cakupan bahsanya masing-masing.


Oleh karena itu, mengapa kita harus mengingkari penamaan tasawuf, sedangkan kita kita tidak mengingkari penamaan ilmu-ilmu agama lainya, padahal keberadaan ilmu-ilmu tersebutadalah satu kesatuan. Mengapa pula kita mengingkari penamaan tasawuf, sedangkan kita tidak mengingkari penamaan tasawuf?


Dalam kitab Lisanul Arab karya Ibnu Mundzur, kata suf bermakna bulu domba, sedagkan kata sufah bermakna lebih khusus, yakni digunakan bagi orang-orang yang mengurusi pekerjaan Al-Bait Al-Haram. Maka mereka biasa disebut dengan istilah as-Sufan. Pada masa jahiliyah, sufah daerah suku Mudar biasa mengabdikan dirinya untuk mengurusi Ka’bah, dan pekerjaan ini pada waktu itu umumnya dipimpin oleh mereka. 


Demikian pula dengan sufah daereh suku Tamim, mereka biasa membantu para haji pada masa jahiliah yang datang dari Mina, bahkan mereka adalah orang pertama yang membantu mereka.Muhammmad bin Naser menuturkan dari Abu Ishaq Ibrahim bin Sa’id Al-Habbal bahwa Abu Muhammad bin sa’id Al-Hafidz bertanya kepaada Walid bin Qasim, “pada kata apakah kata sufi disandarkan?” Ia menjawab, “pada orang-oarng yang menganut ajaran Nabi Ibraim, yaitu pada masa jahiliyah. Mereka disebut sufah. Mereka semua mencurahkan hidupnya untuk Allah, dan memakai kain katun pada Ka’bah. Orang-orang yang menyerupai mereka yang disebut dengan sufiyah”. Kemudia ia berkata, “mereka itulah yang disebut sufah…”


Dalam Mu’jam Al-Wasit, kalimat sawafa fulanan bermakna menjadikan sufi. Kalimat tasawafa fulanan bermakna ia telah menjadi sufi. Jadi, tasawuf adalah suatu jalan sulukiyah (ibadah), yang mendasarkan ajaran pada pembersihan dan penghiasan diri dengan moral yang terpuji agar jiwa menjadi bersih, dan roh menjadi tinggi.


Adapun ilmu tasawuf merupakan sekumpulan prinsip-prinsip yang diyakini kebenaranya oleh para sufi, baik hubungan vertikal maupun horizontal. Jadi, sufi ialah manusia yang mengikuti prinsip-prinsip jalan tasawuf. Kata tasawuf sebenarnya merupakan istilah bahasa Arab lama. Jadi, pendapat yang merujuk kata tasawuf pada istilah yunani, sufyah telah picik dalam berpendapat, menyeleweng dari makna tasawuf yang sebenarnay dan telah mengikuti pendapat yang buta arah. Adapun yang berpendapat bahwa tasawuf adalah istilah baru, mereka lebih picik, bahkan telah keluar dari arah yang sebenarnya.


Tasawuf sebagai ajaran moral, ibadah, dakwah jihad, dan ibadah secara teknis, merupakan dari kebenaran wahyu dan ajarn islam itu sendiri.Kata tasawuf sangat jauh dari pengaruh Yunani, baik dari sisi makna teks maupun konstek. Kta ini telah digunakan sebelum akhir abad II Hijriyah untuk sebutan Abu Hasyim (w. 150 H.). Sesungguhnya bentuk tasawuf adalah manifestasi dari gerakan islam itu sendiri. Selain itu masyarakat Arab menyandarkan pengetahuan mereka-pertama kali- pada filsafat Aristoteles melalui pemikiran plotinus modern, tidak langsung dari buku Anthology Aristoteles yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab sekitar tahun 840 Masehi. 


Pengetahuan mereka hanyalah ringkasan pemikiran Aristoteles dalam perspektif madzhab Plotinus modern (new-plotinus).Pendapat ini diperkuat oleh Abbas Mahmud Aqqad dalam bukunya Al-Falsafah Al-Qur’aniyah. Ia mengatakan, “pada hakikatnya, tasawuf tidak termasuk dalam kaidah islam sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam buku Atsar Al-Arab fi Al-HadarahAl-Urubuiyah, yang terampil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan dasar-dasar pemikiran yang terkait dengan akidah yang jelas.  


Seorang muslim selalu membaca kitab sucinya bahwa “tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dia maha mendengar dan melihat” (QS Asy-Syura:11). Dan membaca dan memahami simpulan pengetahuan yang diajarkan oleh Allah, tuhan pengajar Al-Hikmah Al-Ilahiyah. Dia juga membaca “maka larilah menuju Allah. Sesunguhnya aku bagi kalian (dari-Nya) sebagai pemberi peringatan yang jelas” (QS Adz-Dzariat: 50.). 


Oleh karena itu, dia mengetahui sesuatu sebagaimana yang diketahui para murid Asketis yang beraghama Budha, yaitu ketika mereka meyakini bahwa pakaian-pakaian ilmuan (dari sisi fisik) akan mengotori kebahahiaan roh. Jadi, menjauh darinya atau lari menuju Allah adalah pintu keselamatan. Muslim yang membaca ayat-ayat ini akan terpatri untuk mengikuti jalan tasawuf dan mengetahui rahasia-rahasia serta kedalaman hikmah ajaran agama Islam.


Prof. Louis Mmasignon mengatakan dengan jelas, “pengkajian sumber tasawuf masih sangat jauh bagi kita (para peneliti) untuk menyempurnakannya”. Hal ini karena para orientalis dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka berusaha dengan penuh sungguh untuk menghubungkan tasawuf denagn satu sumber yang pasti, atau pada sumber lain termasuk didalamnya sumber islam.


Jika demikian, sebagian diantara mereka berpendapat bahwa tasaawuf adalah satu bagian yang asuing dalam islam dan keungkinan berasal dari pendeta di Syam (sebagaimana pendapat yang dikemukakan Marks), atau dan ajaran Plato dari Zoroaster di Parsi, atau dari Weda Hindu.Prof. Dr Abul ‘Ala’ ‘Arifi berkata, “paada pertengahan abad ke ke-19 Masehi, dimulailah pencetakan buku-buku di Mesir dan India serta di negara lainya kemudian menyebar, Khususnya d percetakan Bulaq Al-Amiriyah. Akibatnya, berubahlah jalan pembahasanya secara ilmiah. Bukan saja dalam masalah tasawuf, bahkan dalam semua pembahasan islam.Pendapat Thulke pun berubah sehinga berubah pulalah dalil serta argumenya.


Pada permulaan pendapatnya, ia menyatakan bahwa dalil dan argumenya dalam hal yang berkaitan dengan sumber ajaran Majusi bagi tasawuf Islam adalah pasti, adapun pada pendapat selanjutnya, ia mengatakan bahwa sumber islam bagi tasawuf juga pasti. Jika pendapat tersebut berkaitan dengan orientalis Thulke, hal itu dikarenakan pada mas-masa trsebut kitab-kitab tasawuf sulit didapat. 


Hal yang dialami Thulke juga dialami oelah orientalis lainya, seperti Nicholson, yang walaupun telah membicarakan tasawuf, ia beranggapan bahwa timbulnya tasawuf berasl dari faktor luar islam, dan berkembang dari awal abad ke-3 Hijriyah. Hal yang terpenting dari faktor-faktor yang nyata daalam pandanganya ialah yang bersifat Neo-Plonisme, yang pernah tersiarkan di negeri syam, Mesir, sampai masa Dzun Nuun Al-Mishri, dan Ma’ruf Al-Karkhi.


Pendapat Nicholson tersebut kemudian berubah ketika ia menulis mengenai bahan tasawuf yang meliputi pengetahuan agama dan akhlaq. Ia berkata, “selama ini timbulnya tasawuf islam telah dibahas dengan cara yang salah. Akibatnya, banyak peneliti yang mengatakan bahwa hidup dan kekuatanya berasal dari semua bangsa dan golongan yang membentuk suatu kerajaan islam, yang memungkinkan penafsiran pertumbuhanya dengan penafsiran ilmiah yang cermat dengan pengembalianya pada satu asal, seperti Wedanata Hindu, atau Neo-Platonisme, atau menetapkan pemikiran dari sebagian hakikat yang bukan sepenuh hakikat.Dikatakan juga oleh Louis Masignom mengenai pendapat Nicholson “


Meskipun materi tasawuf islam adalah Arab yasng asli, ada baiknya bila kami dapat mengetahui kebaikan pengaruh islam yang dimasukkan kedalamnya dan tumbuh dalam lingkunganya. Imam Al-Ghazali telah membaca kitab-kitab kaum sufi maupun kitab-kitab filsafat Yunani serta membahasnya yang dalam. Hal ini diceritakan dalam kitabnya Al-Munqidz Minadh Dhalal. namun tidak menjadikanya seorang sufi. Maka jelas baginya, bahwa yang terpenting diantara kekhususan-kekhususan mereka, menurut batas ungkapanya, adalah apa yang tidak mungkian dicapai dengan mengajar, melainkan dzauqiyah (perasaan batin) maupun dengan praktik. 


Hal itu berarti tasawuf bukan merupakan suatu kebudayan praktis yang bisa dicapai dengan usaha dan cenderung terpengaruh oleh suatu hal. Akan tetapi, tasawuf adalah dzauqiyah (perasan batin) dan masyahadah (penyaksian) yang dapat dicapai manusia dengna jalan khalwah (mengasingkan diri dari pengaruh dunia), riyadha (melatih diri), perjuangan, kerinduan, mensucikan hati, mendidik akhlaq, mengikhlaskan hati untuk berzikir kepada Allah. Kekhusussan yang paling khusus dan utama diantara kekhusussan tasawuf adalah perasaan batin yang tidak mungkin diungkapkan. Seseorang dsapat mencapainya hingga derajat yang tidak dapat diuraikan dengan tulisan. Menurut imam Al-Ghazali orang yang mengalami keadaan tersebut tidak layak berkata melebihi.
_____________________________________________________________________________________

Telusuri

Powered by Blogger.

- Copyright © Berbagai cara berbagi tips -Berbagai cara berbagi tips -Metrominimalist Resep komplit- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -